Ada KTS, Corona Masih Tinggi, Ini Kata Kapolres Probolinggo Kota
Sedikitnya sudah berdiri 30 Kampung
Tangguh Semeru (KTS) di Kota Probolinggo. Dengan makin banyaknya warga yang
terpapar Covid-19, peran dan fungsi KTS yang berdiri di setiap kelurahan ini
mulai dipertanyakan warga. Ada beberapa opini yang muncul tentang peran KTS ini dinilai kurang memberikan solusi
terhadap penyebaran korona.
Kapolres Probolinggo Kota AKBP
Ambaryadi Wijaya mengatakan, keberadaan KTS bukan menjadi tolok ukur
melonjaknya pasien Covid-19 di Kota Probolinggo. Sebab, KTS yang dicanangkan
masih dalam proses pembentukan.
“Kampung tangguh ini kan proses
pembentukan dan belum seratus persen sempurna. Masih ada tahapan penyesuaian.
Dan keberadaan KTS bukan hanya semata menangani penyebaran Covid-19. Namun,
juga dampak lainnya yang ditimbulkan, baik ekonomi dan sosial,” ujarnya.
Pertanyaannya, kata Kapolres, mengapa
masih ada lonjakan pasien Covid-19 meski sudah dibentuk 30 KTS? Menurutnya, hal
yang paling mendasar adalah kurangnya kesadaran diri sendiri. Percuma di Kota
Probolinggo tertib dan disiplin, tapi ketika keluar daerah kedisiplinannya
berkurang. Sehingga, warga tersebut tertular di luar dan membawa dampak kepada
keluarganya di rumah.
“Seperti kasus penambahan kemarin. Itu
kan dari luar yang bawa ke sini (Kota Probolinggo),” ujarnya. Pemerintah, baik
TNI dan Polri, kata Ambaryadi, hanya bisa bekerja semaksimal mungkin untuk
mencegah penularan dengan cara memberikan imbauan.
“Kami hanya bisa mengimbau. Karena
saya yakin lama-lama pola pikir mereka juga akan berubah ketika kami terus
berikan imbauan. Sebetulnya, banyak yang memberikan masukan ditindak tegas,
misalnya dipukul dan lainnya, namun apakah dengan seperti itu dapat mengurangi
angka penyebaran Covid-19. Sampai sekarang belum ada. Sehingga, kami tetap
bertahan dan pilih cara mengimbau masyarakat,” jelasnya.
Post a Comment