Ucapkan Ucapan Bela Sungkawa, Ini Kenangan Kapolres Probolinggo Kota Dengan Gus Sholah
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur,
Salahuddin Wahid alias Gus Sholah meninggal pada Minggu (2/2/ 2020). Cucu
pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari itu meninggal setelah melewati masa
kritisnya di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta.
“Gus Sholah wafat, pada pukul 20.55. Semoga beliau diberikan
tempat yang terbaik di sisi Allah SWT,” kata Kapolres Probolinggo Kota, AKBP
Ambariadi Wijaya S.I.K, S.H, M.H, Senin (03/02/2020) kepada Tim Tribratanews.
AKBP Ambar, yang pernah berdinas Mapolda Jatim ini hafal betul
tentang kiprah Gus Sholah. Menurutnya semasa hidup, pria kelahiran Jombang, 11
September 1942 itu dikenal sebagai ulama yang gemar menulis, aktivis, juga
politikus. Meninggalkan kariernya di bidang kontraktor, pria lulusan arsitektur
Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mulai aktif menulis.
“Setahu saya pada 1993, Gus Solah juga pernah memimpin redaksi
majalah Konsultan. Setelah itu, ia aktif menulis di harian Republika, Kompas,
Suara Karya, dan lain sebagainya” terang Ambar.
Sekedar diketahui, AKBP Ambar sendiri nyantri kepada Gus Sholah,
sejak bedinas di Reserse Polda Jatim, sebelum akhirnya menjabat sebagai orang
nomor satu di Mapolres Probolinggo Kota.
Tulisan adik mendiang KH. Abdurahman Wahid, lanjut pria
asal Banyuwangi itu, banyak menyoroti berbagai persoalan yang sedang dihadapi
umat dan bangsa. Selain menulis di media massa, Gus Solah juga menulis beberapa
buku. Karya-karyanya yang telah dibukukan, antara lain: Negeri di Balik Kabut
Sejarah (November 2001), Mendengar Suara Rakyat (September 2001), Menggagas
Peran Politik NU (2002), Basmi Korupsi, Jihad Akbar Bangsa Indonesia (November
2003), Ikut Membangun Demokrasi, Pengalaman 55 Hari Menjadi Calon Wakil
Presiden (November 2004).
Kemampuan menulis Gus Solah, tidak lepas dari kegemarannya
membaca sejak usia muda. Kebiasaan itu terus dipertahankan hingga usia tua.
“Gus Solah, biasanya menyediakan waktu untuk membaca sebelum dan
sesudah makan sahur, setelah salat subuh, pagi hari, dan juga sore hari. Dalam
satu bulan, sepuluh judul buku bisa habis dibacanya,” cerita Kapolres.
Sejak muda Gus Solah juga aktif berorganisasi. Antara lain di
ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), bahkan pernah terpilih menjadi
Anggota Dewan Penasehat ICMI sejak 1995 hingga 2005. Lalu pada tahun 2000,
terpilih menjadi Ketua MPP ICMI periode 2000-2005. Keanggotaannya di ICMI
membuat Gus Solah semakin dekat dengan dunia politik.
Bagi Kapolres Ambariadi, Gus Sholah, sebagai sosok ulama yang
gigih dalam mengajarkan nilai-nilai Islam. “Jasa beliau (Gus Sholah) salah
satunya diwujudkan dalam mengembangkan Pondok Pesantren Tebuireng” kata pria
akrab disapa Ambar, ini.
Sebelumnya, Gus Sholah wafat di Rumah Sakit Harapan Kita,
Jakarta, sekitar pukul 20.55 WIB. Gus Sholah meninggal akibat sakit. Adik dari
Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu sempat menjalani operasi
karena masalah pada selaput jantungnya.
Gus Sholah akan dimakamkan di Kompleks Ponpes Tebuireng. Jenazah
Gus Sholah rencananya dibawa dari rumah duka di Jalan Kapten Tendean No 2 C,
Jakarta Selatan, menuju Ponpes Tebuireng pada Senin, 3 Februari 2020 siang.
Post a Comment